Menjadi Perusahaan Energi Terbaik yang Tumbuh Berkelanjutan
Pada tanggal 3 Oktober 1995, Indonesia Power bergerak dalam jasa pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit listrik di seluruh Indonesia.
Menjadi Perusahaan Energi Terbaik yang Tumbuh Berkelanjutan
Menyediakan Solusi Energi yang Anda, Inovatif, Ramah Lingkungan dan Melampaui Harapan Pelanggan
Memegang teguh kepercayaan yang diberikan
Terus belajar dan mengembangkan kapabilitas
Saling peduli dan menghargai perbedaan
Berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
Terus mau berinovasi dan antusias dalam menggerakan ataupun menghadapi perubahan
Membangun kerjasama yang sinergis
PT PLN (Persero) merupakan pemegang saham utama dan pengendali Indonesia Power dengan kepemilikan saham yang terdiri dari 1 lembar Saham Seri 1 dan 5.215.647.599 lembar Saham Seri 2. Pemegang saham utama dan pengendali diwakili oleh Direktur Utama PT PLN (Persero), yang secara teknis berada di bawah Sekretaris Perusahaan cq. Fungsi Hubungan Investor.
Surabaya, 25 Juli 1971
Direktur Mega Project dan Energi Baru Terbarukan (2021 - Saat ini)
PT PLN (Persero)
Direktur Bisnis Regional Sumatera dan Kalimantan (2020 - 2021)
PT PLN (Persero)
Direktur Bisnis Regional Sumatera (2017 - 2020)
PT PLN (Persero)
-
-
PT PLN Indonesia Geothermal ("PLN IGeo") - sebelumnya bernama PT Tangkuban Parahu Geothermal Power dan PT Indo Tenaga Hijau, merupakan anak perusahaan PT PLN Indonesia Power ("PLN IP") yang dahulu pernah melakukan kegiatan eksplorasi WKP Gunung Tangkuban Parahu yang dikembangkan sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2016.
Sejak dialihkan kepada PT PLN Indonesia Power Renewables ("PLN IPRen") - anak perusahaan PLN IP, PLN IGeo berperan mendukung pengembangan pembangkit PLN IP yang berfokus pada pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT), sebagai bentuk komitmen grup PLN IP dalam penyediaan pembangkit listrik yang ramah dan berkualitas.
Kegiatan usaha yang dijalankan oleh PLN IGeo saat ini adalah melakukan pengembangan PLTS (dengan skema sewa maupun skema EPC) baik di lingkup PLN maupun Non PLN Group skala industri. Kedepannya, PLN IGeo diproyeksikan untuk menjadi entitas khusus pengembangan proyek panas bumi di lingkungan PLN Group.
PT PLN Indonesia Power Renewables ("PLN IPRen") merupakan anak perusahaan PT PLN Indonesia Power ("PLN IP") yang semula didirikan dengan nama PT Putra Indotenaga berdasarkan Akta No. 24 tanggal 20 Desember 2013 yang dibuat oleh Notaris Muhammad Hanafi, SH dan disahkan oleh Menkumham RI sesuai Surat Keputusan No. AHU-68318.AH.01.01 tahun 2013 tanggal 24 Desember 2013. Berdasarkan arahan Pemegang Sahamnya pada tahun 2023, perubahan nama dilakukan menjadi PT PLN Indonesia Power Renewables berdasarkan Akta No. 01 tanggal 02 Agustus 2023 yang dibuat oleh Notaris Shahreza Annaz, S.H., M, Kn dan disahkan oleh Menkumham RI sesuai Surat Keputusan No. AHU-00025.AH.02.02 tahun 2023 tanggal 03 Agustus 2023.
Anak perusahaan PLN IP yang berstatus unrestricted company ini memiliki kegiatan utama sebagai pengembangan bisnis investasi di bidang energi melalui penyertaan atau participating interest pada proyek ketenagalistrikan di beberapa special purpose company yaitu PT Rajamandala Electric Power (“REP”), PT GCL Indo Tenaga (“GCLIT”), PT Indo Raya Tenaga (“IRT”), dan PT Trina Mas Agra Indonesia (“TMAI”). Disamping itu PLN IPRen juga berfokus pada pengembangan green energy secara korporasi melalui PT PLN Indonesia Geothermal (“PLN IGeo”) yang dahulu bernama PT Indo Tenaga Hijau (“ITH”).
PT Indo Ridlatama Power ("IRP") merupakan perusahaan penyedia tenaga listrik swasta berdasarkan skema Build-Own-Operate (BOO). untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang dengan kapasitas 2 x 27,5 MW yang berlokasi di Kecamatan Muara Jawa, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
Energi listrik yang dihasilkan akan dijual kepada PT PLN (Persero) berdasarkan PPA (Power Purchase Agreement) atau Kontrak Pembelian Tenaga Listrik, energi listrik disalurkan melalui jaringan interkoneksi 150 KV sistem Kalimantan Timur selama 30 tahun masa kontrak.
Perusahaan didirikan di Jakarta pada tanggal 28 September 2007. Akta pendirian telah disetujui oleh Menteri Hukum dan HAM dalam Surat Keputusan No. C-06299 HT.01.01-TH.2007 pada tanggal 12 Desember 2007. Bahan bakar untuk PLTU adalah batubara kalori rendah yang dipasok untuk memberikan jaminan pasokan batubara selama kurun waktu beroperasinya pembangkit.
Para pemegang saham perusahaan adalah PT PLN Indonesia Power yang berkompetensi di bidang kelistrikan dan PT Ridlatama Bangun Mandiri - anak Perusahaan PT Ridlatama Grup yang berkompetensi di bidang batubara, minyak dan gas.
Berawal dari sebuah tekad untuk menjadi pionir pengembangan bisnis Cogeneration, Distributed Generation, serta pengelolaan Captive Power yang optimal di wilayah Indonesia, PT Cogindo DayaBersama atau disebut juga Cogindo, didirikan pada tanggal 15 April 1998. Kini, di tahun 2024 Cogindo telah bertransformasi menjadi PT PLN Indonesia Power Services ("PLN IPServ") yang memiliki amanah dalam menyediakan solusi terintegrasi untuk menjawab semua kebutuhan di bidang ketenagalistrikan.
PLN IPServ pernah meraih penghargaan The Best O&M Company dalam ajang Indonesia Best Electricity Award (IBEA) pada tahun 2018, sebuah penghargaan bergengsi di bidang ketenagalistrikan di Indonesia yang merupakan wujud atas kinerja, kompetensi, dan keunggulan dalam pengelolaan Jasa Operasi dan Pemeliharaan berbagai jenis pembangkit.
Hingga saat ini, PLN IPServ telah berkiprah lebih dari dua dekade dan berkembang pesat menyebar hampir di seluruh wilayah kepulauan Indonesia, serta menjadi salah satu perusahaan mitra terpercaya dalam industri pembangkitan tenaga listrik. Kesuksesan ini terus bertambah dengan adanya pengembangan bisnis internasional yang salah satunya dilakukan bersama negara Kuwait dan Vietnam.
PLN IPServ berkomitmen untuk menjadi perusahaan terpercaya dalam industri pembangkitan tenaga listrik yang mengacu ke masa depan, dan semakin kokoh mendukung bisnis PLN Indonesia Power dan PLN Group untuk memajukan sektor ketenagalistrikan nasional dan siap mengambil peran di masa depan untuk menjadi Penyedia Solusi Energi Terpecaya di Asia.
PT Artha Daya Coalindo ("ADC") merupakan anak perusahaan PT PLN Indonesia Power ("PLN IP") yang didirikan pada tahun 1997 dengan kegiatan usaha utamanya bergerak dalam bisnis penyediaan, transportasi, dan pembongkaran batubara.
Pada tahun 2012 ADC menambah lingkup usaha pengelolaan pelabuhan. Kegiatan ini tidak terlepas dari pengalaman PLN IP sebagai Pemegang Saham mayoritas ADC dalam menggunakan berbagai jenis bahan bakar, khususnya batubara, mengingat PLN IP mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Unit Pembangkit (UP) Suralaya berkapasitas ±3.400 MW.
Saat ini, kegiatan usaha ADC adalah Perdagangan, penambangan, pengangkutan, bongkar muat, pemasaran & keagenan batubara, dengan kegiatan:
1. Penjualan Batubara
2. Port Management
3. O&M Kapal Keruk
4. Penyediaan Biomass
Pada awal pendiriannya, komposisi kepemilikan saham ADC terdiri atas PT PLN Indonesia Power (20%), PT Desira Pratama Lines (40%), dan PT Arthindo Utama (40%). Kemudian pada tahun 1999 hingga saat ini, komposisi kepemilikan saham pada ketiga Pemegang Saham tersebut telah berubah menjadi PT PLN Indonesia Power (80%), PT Desira Pratama Lines (10%), dan PT Arthindo Utama (10%).
PT PLN Suku Cadang ("PLNSC") didirikan pada tanggal 16 Juni 2017. Dengan penyertaan saham PT PLN Nusantara Power ("PLN NP") 51% dan PT PLN Indonesia Power ("PLN IP") 49%. PLN SC memfokuskan kegiatan usahanya sebagai penyedia barang dan jasa untuk pembangkit tenaga listrik di lingkungan PT PLN (Persero).
PT Indo Pusaka Berau ("IPB") merupakan perusahaan yang didirikan bersama oleh PT PLN Indonesia Power ("PLN IP"), Pemerintah Kabupaten Berau ("Pemkab Berau") dan PT Pusaka Jaya Baru yang awalnya bernama Konsorsium Indo Pusaka Berau untuk melaksanakan proyek pembangunan PLTU Lati 2×7 MW pada tahun 2002, dan mulai beroperasi pada tahun 2004.
IPB resmi berdiri pada tanggal 12 Januari 2005 menggantikan Konsorsium Indo Pusaka Berau dengan bidang usaha utama adalah Pembangkitan tenaga listrik PLTU Lati dengan kapasitas terpasang sampai saat ini 3×7 MW.
Distribusi tenaga listrik melalui jaringan SUTM 20 kV sepanjang ±132 km, dan penjualan tenaga listrik kepada PT PLN (Persero) Area Berau, PT Berau Coal yang merupakan salah satu perusahaan tambang batubara di Berau dan PT Smart Telecom.
Susunan Pemegang Saham IPB terakhir adalah Pemerintah Kabupaten Berau sebesar 49,48%, PT PLN Indonesia Power sebesar 46,53% dan PT Jasin Effrin Jaya sebesar 3,99%.
PT Trina Mas Agra Indonesia ("TMAI") merupakan Joint Venture Company yang dibentuk dalam rangka kerjasama Pengembangan Fasilitas Manufaktur Modul Solar Cell dan Solar Photovoltaic.
PT PLN Indonesia Power Renewables (“PLN IPRen”) bersama dengan mitra strategis PT Trina Dian Agra Energy (“PT TDAE”) melakukan kerjasama dalam rangka pengembangan Manufaktur Solar Cell dan Solar Panel untuk mendukung peningkatan Renewables Energy di dalam negeri. PT TDAE adalah perusahaan patungan yang dibentuk oleh pionir solar panel, Trina Solar Co. Ltd, dan joint-venture perusahaan dalam negeri, yakni PT Dian Swastatika Sentosa dan PT Agra Surya Energy. Guna mencapai target produksi sebesar 1 GW peak akan digunakan teknologi TopCon (Tunnel Oxide Passivated Contact) yang belum ada di industri Solar PV dalam negeri. Melalui teknologi TopCon tersebut, efisiensi panel surya dapat ditingkatkan menjadi 28,7% dari rata-rata efisiensi saat ini berkisar 20%.
PT Maxpower Cogindo Batam ("MCB") merupakan joint venture antara PT Maxpower Indonesia dan PT PLN Indonesia Power Services (sebelumnya PT Cogindo DayaBersama) yang mengembangkan proyek PLTMG Baloi 30 MW.
PT Indo Raya Tenaga (“IRT”) merupakan perusahaan IPP joint venture antara PT PLN Indonesia Power Renewables ("PLN IPRen") - anak perusahaan PT PLN Indonesia Power dengan Barito Pacific yang dibentuk pada tahun 2017 untuk mengembangkan PLTU Jawa 9 & 10 Ultra Super Critical 2 x 1.000 MW senilai 3,5 Miliar Dolar Amerika Serikat dengan skema tata kelola join-control sesuai syarat pendanaan dari OECD Project Financing yang dijamin oleh lembaga penjaminan pinjaman dari pemerintah Korea.
Dimiliki mayoritas oleh PT PLN IPRen dengan kepemilikan saham 51%, pada masa konstruksi saat ini, Proyek PLTU Jawa 9 & 10 yang berlokasi di Suralaya Kec. Pulomerak, Kota Cilegon Banten ini telah menyerap lebih dari 6.000 tenaga kerja lokal, mencapai 10 juta Manhour Without LTI, dan on-track dalam proses pembangunannya yang kini pada pertengahan tahun 2024 sudah mencapai 86,69% sehingga dapat COD sesuai jadwal pada tahun 2025.
Selama perjalanannya, Proyek PLTU Jawa 9 & 10 yang menjadi proyek ketenagalistrikan strategis nasional, telah mendapatkan banyak pengakuan dari pemerintah daerah dan pusat dari berbagai aspek proyeknya, serta mendapatkan predikat sebagai project of the year dari beberapa lembaga pemberitaan internasional dari segi kompleksitas pendanaan project financing, skema legal dan tata-kelola, dan penggunaan peralatan manajemen emisi terbaik di Indonesia, termasuk peralatan Selective Catalytic Reduction.
Visi IRT adalah menjadi Referensi sebagai PLTU sejenis yang terbaik di Indonesia (“Establish Indonesia’s Best in Class Coal Fired Power Plant Reference”).
PT GCL Indo Tenaga ("GCLIT") merupakan Perusahaan IPP Joint Venture antara Taicang Harbour Golden Concord Electric-Power Generation Co.,Ltd dengan PT PLN Indonesia Power Renewables ("PLN IPRen") - anak perusahaan PT PLN Indonesia Power, yang dibentuk untuk membangun dan mengoperasikan Proyek PLTU Kalbar-1 2 x 100 MW sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional Program 35.000 MW - yang ditetapkan dalam RJMN tahun 2015.
Didirikan pada 25 Februari 2016, GCLIT memulai pengadaan lahan dan pemenuhan izin pada tahun yang sama. Pembangunan PLTU Kalbar-1 membutuhkan waktu 4 tahun terhitung sejak tahun 2017 hingga tahun 2020. Meskipun sempat mengalami kendala akibat Pandemi Covid-19, pembangunan PLTU Kalbar-1 tetap berjalan dan mencapai tahap operasi pada tanggal 25 Juni 2021 berdasarkan penetapan dari PLN.
PLTU Kalbar-1 2 x 100 MW berlokasi di Dusun Tanjung Gundul, Desa Karimunting, Kec. Sungai Raya Kepulauan, Kab. Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat.
PT Rajamandala Electric Power (“REP”) merupakan perusahaan IPP Joint Venture antara Kansai Electric Power Company dengan PT PLN Indonesia Power Renewables ("PLN IPRen") - anak perusahaan PT PLN Indonesia Power, yang dibentuk untuk membangun dan mengoperasikan PLTA Rajamandala 1 x 47 MW.
Pembangkit listrik tenaga air yang berlokasi di Cianjur, Jawa Barat ini merupakan solusi energi hijau yang telah beroperasi secara komersial sejak 12 Mei 2019. Pembangunan PLTA Rajamandala 1 x 47 MW menelan biaya ± USD 150 juta, yang dilakukan tanpa adanya Jaminan Kelayakan Usaha (JKU) Pemerintah Indonesia, melainkan dengan skema International Project Financing dengan pembiayaan berasal dari pinjaman Japan Bank for International Cooperation (JBIC) & Mizuho Bank.
PLTA Rajamandala 1 x 47 MW terhubung dengan sistem interkoneksi Jawa-Bali yang dikelola oleh PT PLN (Persero) P2B Jawa Bali. PLTA ini merupakan PLTA berkategori run off river (tidak memerlukan bendungan), yang memanfaatkan arus Sungai Citarum dengan debit air 168 meter kubik/detik dan ketinggian jatuh air (gross head) 34 meter. Output produksi sebesar 181 GWH per tahun, setara dengan produksi listrik yang dihasilkan oleh 70 juta liter BBM.
PT Perta Daya Gas ("PDG") didirikan secara strategis untuk memberikan dukungan tercapainya tujuan percepatan elektrifikasi di Indonesia, dan merupakan joint venture antara PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) masing-masing melalui anak perusahaannya yaitu PT Pertamina Gas ("Pertagas") dan PT PLN Indonesia Power ("PLN IP").
Berdiri sejak tahun 2012, PDG dipercaya sekaligus mendapatkan penugasan pertama pada tahun 2015 untuk melakukan pekerjaan Compressed Natural Gas (CNG) Plant di Tambak Lorok Semarang. CNG Plant Tambak Lorok adalah fasilitas penyimpanan gas alam dalam bentuk CNG ini khusus diperuntukan bagi Pembangkit Listrik Tenaga Gas & Uap (“PLTGU”) Tambak Lorok yang dibangun dengan skema Build-Own-Operate (BOO).
Dalam upaya mengatasi defisit daya di Bali, PDG Kembali mendapatkan penugasan yaitu melakukan pekerjaan pembangunan fasilitas suplai gas, operasi dan pemeliharaan Gas Compressor Package (GCP) 1 & 2 PLTG Pesanggaran yang mulai beroperasi pada tahun 2019, dan memiliki kegiatan Kerja Sama Operasi (KSO) pada Floating Storage & Regasification Unit (FSRU) Karunia Dewata.
PDG kembali dipercaya didalam melaksanakan Program Gasifikasi Kementerian ESDM No. 13 tahun 2020 yaitu membangun infrastruktur pipa gas baru dan dapat diselesaikan dalam waktu singkat untuk memenuhi kebutuhan gas di PLTMG Sorong 50 MW. Dari rencana 52 titik, PLTMG Sorong 50 MW menjadi pembangkit pertama yang digasifikasi.